Gempabumi adalah peristiwa
bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang
ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.
Menurut teori lempeng tektonik,
permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik besar. Lempeng
tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung diatas astenosfer yang
cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng tektonik ini bebas untuk bergerak
dan saling berinteraksi satu sama lain. Daerah perbatasan lempeng-lempeng
tektonik, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif,
yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi.
Jika dua lempeng bertemu pada
suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjauhi, saling mendekati atau
saling bergeser. Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak dapat
dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun. Kadang-kadang,
gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan
energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng
tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi
pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai gempa bumi.
Akibat Gempabumi
- Getaran atau guncangan tanah (ground shaking)
- Likuifaksi ( liquifaction)
- Longsoran Tanah
- Tsunami
- Bahaya Sekunder (arus pendek,gas bocor yang menyebabkan kebakaran, dll)
Faktor-faktor yang Mengakibatkan Kerusakan Akibat Gempabumi
- Kekuatan gempabumi
- Kedalaman gempabumi
- Jarak hiposentrum gempabumi
- Lama getaran gempabumi
- Kondisi tanah setempat
- Kondisi bangunan
Gempa yang terjadi dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu :
gempa ringan, sedang, dan besar.
- Gempa ringan yang terjadi tidak mengakibatkan efek yang berarti pada struktur,
- Gempa sedang sedikit berakibat pada struktur tapi masih aman,
- Gempa yang besar, sudah mengakibatkan kerusakan pada struktur, tapi strukturnya masih tetap berdiri dan tidak roboh. Itulah pentingnya perencanaan bangunan tahan gempa, agar bangunan yang kita tempati aman, stabil, dan tidak mudah roboh saat terjadi gempa.
Berikut ini ada prinsip- prinsip yang dipakai dalam
perencanaan bangunan tahan gempa :
- fondasi bangunan yang baik haruslah kokoh dalam menyokong beban dan tahan terhadap perubahan termasuk getaran. Penempatan fondasi juga perlu diperhatikan kondisi batuan dasarnya.Pada dasarnya fondasi yang baik adalah seimbang atau simetris. Dan untuk pondasi yang berdekatan harus dipisah, untuk mencegah terjadinya keruntuhan local ( Local Shear).
- Kolom harus menggunakan kolom menerus (ukuran yang mengerucut/ semakin mengecil dari lantai ke lantai). Dan untuk meningkatkan kemampuan bangunan terhadap gaya lateral akibat gempa, pada bangunan tinggi ( high rise building) acapkali unsur vertikal struktur menggunakan gabungan antara kolom dengan dinding geser (shear wall).
- Bentuk Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris, dan dipisahkan (pemisahan struktur). Untuk menghindari adanya dilatasi (perputaran atau pergerakan) bangunan saat gempa.
- Bahan bangunan harus seringan mungkin
Soft story
Soft story adalah istilah yang sering digunakan dalam
pembahasan tentang struktur gedung tahan gempa. Soft story artinya lantai lunak. Sekedar analogi, kita bisa misalkan
gedung bertingkat sebagai lapisan-lapisan batu bata yang ditumpuk di atas
sebuah meja. Tiap lapisan batu bata merinpresentasikan lantai gedung. Sementara
itu ada tumpukan batu bata lain. Tapi di tengah- tengah tumpukan tersebut, ada
satu lapisan yang batu batanya mempunyai rongga yang cukup besar di dalamnya.
Kasus bangunan yang mengalami soft sory
Lapisan batu bata lunak ini bisa di interpresentasikan
sebagai soft story. Jika lapisan lunak ini berada di lantai paling atas, tentu
bukan masalah. Justru yang jadi masalah adalah kalau lantai lunak ini berada
pada lapisan atau lantai yang paling bawah. Dan.. kenyataannya memang seperti
ini yang banyak dijumpai di lapangan. Mengapa demikian?
Jawabannya karena kekakuan dinding bata diabaikan.
Gedung-gedung tinggi yang bertipe gedung perkantoran, hotel,
atau apartemen, khususnya di kota-kota besar, pada umumnya mempunyai lobi yang
berada di lantai dasar atau lantai ground. Ciri-ciri lantai lobi adalah :
- Tinggi antar lantainya biasanya lebih besar daripada lantai tipikal di atasnya. Arsitek biasanya menginginkan hal ini agar ruangan lobi terlihat lebih besar, luas, dan megah.
- Karena ingin luas, maka di lantai lobi, penggunaan dinding bata relatif lebih sedikit daripada di lantai-lantai atas yang memang membutuhkan dinding-dinding sekat antar ruangan.
Lantai Lunak Akibat Bukaan yang Lebih Banyak
Akibatnya, seperti yang terlihat pada gambar di atas, lantai
paling bawah menjadi lantai yang paling lunak (kurang kaku) dibandingkan lantai
di atasnya. Salah satu solusinya adalah menambah ukuran kolom sebesar mungkin
sehingga bisa mengimbangi kekakuan- kekakuan lantai di atasnya.
sumber: