tampak bangunan
sumber: dokumentasi penulis 13 april 2018
Peraturan Menteri No. 01/PRT/M/ 2015 tentang gedung cagar budaya yang dilestarikan; Pasal 16 yang menyatakan “Adaptasi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 14 ayat (3) huruf b dilakukan melalui upaya pengembangan bangunan gedung cagar budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan cara melakukan perubahan terbatas yang tidak mengakibatkan penurunan nilai penting atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting.”
Upaya Mempertahankan Bangunan Cagar Budaya dalam mempertahankan bangunan cagar budaya terdapat rambu-rambu dan kebijakan dalam pelaksanaannya, yang diatur secara peraturan perundang-undangan. Salah satunya adalah Undang-undang No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya;
Pasal 83 yang menyatakan:
- Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya dapat dilakukan adaptasi untuk memenuhi kebutuhan masa kini dengan tetap mempertahankan:
- Ciri asli dan/atau muka Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya; dan/atau
- Ciri asli lanskap budaya dan/atau permukaan tanah Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar Budaya sebelum dilakukan adaptasi.
- Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:
- Mempertahankan nilai-nilai yang melekat pada cagar budaya;
- Menambah fasilitas sesuai dengan kebutuhan;
- Mengubah susunan ruang secara terbatas; dan/atau
- Mempertahankan gaya arsitektur, konstruksi asli, dan keharmonisan estetika lingkungan di sekitarnya
Gereja Katolik Santa Maria De Fatima awalnya merupakan rumah tinggal seorang bangsawan Tionghoa yang berada di pecinan kota Jakarta. Meskipun saat ini bangunan tersebut telah difungsikan sebagai sebuah gereja Katolik, budaya Tionghoa yang dianut oleh penghuni dan masyarakat tetap dipertahankan hingga sekarang. Adanya penerapan keragaman budaya Tionghoa pada sebuah tempat ibadah Katolik menjadikan bangunan Gereja Santa Maria De Fatima
Dinding bagian depan gereja dan partisi
sumber: dokumentasi penulis 13 april 2018
Dinding bagian depan gereja terdapat motif ornamen yaitu motif bunga poeny yang melambangkan kehormatan, simbol meander melambangkan panjang umur, dan pola geometris atau diaper pattern. Pola geometris yang ada berbentuk lingkaran, merupakan simbol surga dan kotak, merupakan simbol bumi sehingga diletakkan di bagian atas dinding. Kombinasi dari ragam hias ini menunjukkan derajat dari pemilik rumah yang mengharapkan kebahagiaan dalam kehidupan yang seimbang (balance). Warna yang digunakan adalah warna merah yang melambangkan kebahagiaan, warna kuning yang melambangkan kemuliaan dan warna biru (air) yang melambangkan ketenangan
Partisi terletak di bagian depan pintu utama gereja yang berfungsi untuk membatasi cahaya berlebih agar tidak masuk ke dalam ruang dalam gereja. Material yang digunakan adalah kayu warna merah dan warna emas pada ukiran maupun ornamennya. Penggunaan warna merah dan emas ini menunjukkan status dari pemilik atau penggunanya. Ragam hias ukiran berupa diaper pattern, sepasang kura-kura yang melambangkan umur panjang dan motif awan melambangkan kesaktian. Ornamen berupa motif geometris yang melambangkan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian (balance). Bentuk partisi gereja dan ragam hiasnya simetri, dengan peletakannya yang simetri juga.
pintu utama
sumber: dokumentasi penulis 13 april 2018
Pintu yang menggunakan warna merah dan warna emas pada ornamen dan ukirannya. Warna merah dan emas ini menunjukkan tingkat kesakralan
jendela pada bagian depan
sumber: dokumentasi penulis 13 april 2018
Jendela di bagian depan gereja ini terdapat di bagian kanan dan kiri pintu utama berfungsi untuk memasukan cahaya matahari ke dalam ruangan. Material yang digunakan adalah kayu warna merah dan emas pada lis kusennya. Jendela ini diberi teralis kayu warna emas. Jendela ruang sekretariat juga menggunakan kayu warna merah dan warna emas pada lis kusen. Jendela ini juga diberi teralis besi warna emas. Penggunaan warna merah dan emas menunjukkan pentingnya status dari bangunan ini, yaitu gereja. Motif yang ada pada teralis ini menggunakan pola geometris. Pola geometris ini melambangkan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian (balance).
kolom, elemen dekoratif, dan atap
sumber: dokumentasi penulis 13 april 2018
Kolom di bagian depan gereja ini menggunakan kayu. Warna merah melambangkan kebahagiaan, sedangkan warna emas melambangkan kekayaan dan kemakmuran yang umumnya dipakai di istana-istana raja. Penggunaan warna ini menunjukkan suatu kedudukan atau bangunan penting, yaitu gereja dan harapan akan kebahagiaan bagi pengguna/pemiliknya.
Elemen dekoratif terdapat pada bagian depan gereja, area panti umat, area panti imam, dan area lainnya yang ada di bagian kanan dan kiri bangunan. Struktur ini berhubungan dengan kolom dan balok. Struktur menggunakan material kayu. Bentuk struktur menyerupai bentuk ekor burung (owl-tailed). Struktur pada bagian depan gereja menggunakan warna merah dan warna emas untuk menunjukkan suatu kedudukan atau bangunan penting, yaitu gereja dan harapan akan kebahagiaan bagi pengguna atau pemiliknya. Terdapat ukiran naga warna emas, bunga teratai/ lotus warna merah dan ornamen sepasang naga warna emas yang diharapkan bangunan ini akan selalu aman dan jauh dari hal yang buruk atau tidak baik.
Atap dalam bagian depan gereja menggunakan kayu warna hijau dan balok kayu warna merah. Warna merah merupakan simbol Yang, unsur api yang melambangkan kebahagiaan, warna hijau merupakan simbol Yin, melambangkan kedamaian, sedangkan warna emas melambangkan kekayaan dan kemakmuran yang umumnya dipakai pada istanaistana raja. Keseimbangan pada Yin & Yang dipercaya dapat membawa keberuntungan bagi penggunanya. Penggunaan material pada plafon area pintu utama, area meja altar, dan tabernakel gereja juga menggunakan kayu yang dicat warna putih dan balok kayu yang dicat warna abu-abu. Penggunaan warna putih (Yang) dan warna abu-abu (Yin) bertujuan untuk saling melengkapi dalam mencapai keseimbangan.
untuk info tambahan, penulis bertanya kepada penjaga gereja santa maria de fatima. bagaimana jika ada kerusakan pada bagian bangunan tersebut? lalu penjaga tersebut menjelaskan bahwa pernah ada perbaikan penutup atap yang rusak dikarenakan usia yang sudah lama. bagian penutup atap tersebut kemudian digantikan dengan bentuk yang harus sama dengan model lama. tetapi, walaupun ada 1 kerusakan, tidak semua penutup atap yang diganti, melainkan hanya beberapa dan tetap mempertahankan keaslian penutup atap yang lama.
sumber:
Thamrin Diana, Arifianto Felik. 2015. “KERAGAMAN BUDAYA TIONGHOA PADA INTERIOR GEREJA KATOLIK (Studi kasus: Gereja Santa Maria De Fatima di
Jakarta Barat)”. Universitas
Kristen Petra – Surabaya