Minggu, 15 Juli 2018

Gereja Santa Maria de Fatima sebagai contoh arsitektur kebudayaan cina


Salah satu bangunan yang kental dengan budaya Cina yaitu bangunan Gereja Santa Maria de Fatima. Bangunan gereja ini memiliki hiasan singa, tulisan Mandarin dan hiasan pintu berwarna merah dan kuning dan atap bangunan yang berbentuk wallet menandai pemiliknya terdahulu yang merupakan bangsawan. Gereja ini memperlihatkan berdirinya gereja di antara kentalnya budaya Cina di Glodok ini. Berdirinya Gereja Katolik ini tidak terlepas dari peran misionaris-misionaris yang berkarya di tengah masyarakat Cina.

Asal penamaan Gereja Santa Maria de Fatima berasal dari nama ibu Yesus yaitu Bunda Maria yang dikenal sebagai ibu suci dan bijaksana. Asal kata Fatima berhubungan dengan peristiwa penampakan Bunda Maria di hadapan tiga anak kecil yang merupakan gembala domba di Fatima. Fatima merupakan salah satu daerah kota di Portugis/Portugal. Pertemuan Bunda Maria dan ketiga anak kecil ini digambarkan dalam miniatur replika Bukit Maria de Fatima yang dibangun di sebelah kiri gereja. 
miniatur replika Bukit Maria de Fatima
sumber : dokumentasi pribadi 13 April 2018




Bangunan Gereja Santa Maria de Fatima ini dibeli oleh Willhelmus Van Eeden SJ, pastur Belanda yang sebelumnya berkarya di Mangga Besar. Pembelian bangunan ini sesuai dengan tugas dari Vikaris Apostolik Jakarta, Mgr. Adrianus Djajasapoetra pada tahun 1953, Tanah dan bangunan  tersebut dibeli dari seorang letnan bergelar Luitenant der Chinezen bermarga Tjioe yang memimpin daerah Glodok masa pendudukan Belanda. “Tanah sekitar satu hektar yang meliputi kompleks Gereja hingga pagar tinggi di sisi belakang dan kompleks sekolah Ricci I sekarang ini dibeli seharga Rp. 3.000.000,00”.(Paroki Santa Maria, 1995). Pembayaran uang ini tidak dibayarkan secara tunai, pembayaran tersebut dapat dilunasi pada tahun 1954 dengan mengusahakan usaha kursus bahasa asing seperti Inggris dan Mandarin dan donatur di Gereja.



“Bangunan gereja yang merupakan rumah Luitenant der Chinezen ini memiliki bagian-bagiannya yaitu, halaman depan, ruang tamu, halaman tengah sebagai taman, ruang doa keluarga dan tempat tinggal keluarga.”(Paroki Santa Maria, 1995). Terdapat tiga bangunan yang berdiri di kompleks rumah ini, yang mana dua bangunannya mengapit ruang terbuka yang digunakan sebagai tempat keluarga dan ruang doa keluarga. Ruang terbuka tersebut, ditutup dengan tembok yang kemudian menjadi ruang gereja. Tempat sembahyang sebelumnya digunakan sebagai altar gereja. Di depan bangunan gereja terdapat dua patung singa yang melambangkan kebangsawanan pemiliknya terdahulu. Pembangunan fasilitas gereja terus dilaksanakan yaitu pembangunan kapel pertama Toasebio pun telah berdiri tahun 1954. Kapel ini memanjang dari pintu gerbang gereja hingga sebatas pilar/ tiang besar. Kapel ini digunakan untuk tempat misa jemaat Katolik.


Tata letak ruang Gereja Katolik Santa Maria De Fatima
sumber: dokumentasi Paroki Toasebio, 2009
Patung Singa
sumber : dokumentasi pribadi 13 April 2018


Peletakan ruang utama gereja terdapat di pusat bangunan, sedangkan ruang lainnya berada di bagian depan, belakang, samping kanan dan kiri sehingga membentuk pola tapal kuda. Pola penataan ruang pada gereja ini tampak simetris dengan ruang terbuka atau courtyard yang berulang dan bertahap sehingga terlihat susunan atap yang semakin meninggi ke belakang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi bangunan semakin penting artinya sebagai bangunan utama. Bangunan utama ini ditempati oleh generasi tertua yang sekarang difungsikan sebagai pastoran, sedangkan generasi yang lebih muda menempati bagian kanan dan kiri bangunan yang menghadap ke arah courtyard yang sekarang dijadikan sebagai ruang sekretariat, ruang pertemuan dan ruang serbaguna. Outer courtyard pada gereja ini dibangun dan digunakan sebagai area panti umat yang mampu menampung 600 umat, sedangkan pada inner courtyard tetap dipertahankan sebagai taman. Peletakan main gate pada gereja ini mengalami perubahan letak, yaitu berada di tengah sehingga tidak sesuai dengan main gate pada rumah tinggal khas Tionghoa yang berada di samping bangunan. Denah pada gereja ini sangatlah berbeda dengan konsep gereja Katolik yang pada umumnya, letak altar atau ruang utama terletak pada bagian paling belakang bangunan.
Denah Gereja Katolik Santa Maria De Fatima
sumber: dokumentasi Paroki Toasebio, 2009


sumber:

Thamrin Diana, Arifianto Felik. 2015.  “KERAGAMAN BUDAYA TIONGHOA PADA  INTERIOR GEREJA KATOLIK  (Studi kasus: Gereja Santa Maria De Fatima di Jakarta Barat)”. Universitas Kristen Petra – Surabaya

Purba Melina, 2013. “Pengaruh Gereja Santa Maria de Fatima  Terhadap Masyarakat Cina di Glodok 1955-1970” Universitas Indonesia - Depok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar