Senin, 29 Januari 2018

Gedung Juang Sebagai Bangunan Arsitektur Kolonial Belanda

sumber: dokumen pribadi 17 Maret 2017

“Belanda yang menjajah Indonesia selama kurang lebih 3,5 abad memiliki banyak pengaruh terhadap gaya arsitektur Bangunan di Indonesia”

Kabupaten Bekasi masih memiliki gedung bersejarah peninggalan pra masa kemerdekaan yang dikenal sebagai Gedung Tinggi yang terletak di jalan Sultan Hasanudin, dekat Pasar Tambun dan Stasiun kereta api Tambun. Gedung Tinggi ini sekarang dikenal sebagai gedung juang 45. Masyarakat yang kebanyakan bekerja sebagai buruh tani pada era kolonialisme mengabdi kepada tuan tanah yang menguasai berbagai wilayah di Bekasi. Bangunan ini dibangun oleh tuan tanah Kouw Tjing Kee pada tahun 1910.
Arsitektur klonial Belanda adalah gaya desain yang cukup popular di Netherland tahun 1624-1820. Ciri-cirinya yakni (1) facade simetris, (2) material dari batu bata atau kayu tanpa pelapis, (3) entrance mempunyai dua daun pintu, (4) pintu masuk terletak di samping bangunan, (5) denah simetris, (6) jendela besar berbingkai kayu, (7) terdapat dormer (bukaan pada atap) Wardani, (2009).

Gaya Arsitektur Indische Empire

Arsitektur Indische Empire adalah gaya yang berkembang di abad ke-19 di Hindia Belanda. Gaya arsitektur dipopulerkan oleh Gubernur Jenderal HW Daendles (1808-1811). Ciri-ciri gaya arsitektur Indische Empire, sebagai berikut (Hadinoto, 2010: 149): 1. Lantai berbentuk rencana simetri
  • Di tengah ada ruang tengah, yang terdiri dari kamar tidur utama dan kamar tidur lain.
  • Kamar Central secara langsung berkaitan dengan teras depan dan belakang (Voor Galerij dan Achter) 
  • Teras biasanya sangat luas dan pada salah satu ujung ada deretan Yunani atau kolom gaya Romawi (Doric, Ionic, Corinthian).
  • Dapur, kamar mandi/WC, penyimpanan dan area layanan lainnya adalah bagian yang terpisah dari bangunan utama dan terletak di bagian belakang.
  • Kadang-kadang di samping bangunan utama ada paviliun, yang digunakan sebagai kamar tidur tamu.

Fasade merupakan elemen arsitektur terpenting yang mampu menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan (Krier, 1988: 122). Secara etimologis, kata fasad atau facade (inggris) memiliki akar kata yang cukup panjang. Fasad berasal dari bahasa prancis, yaitu facade atau faccia. facciata sendiri berasal dari bahasa italia, sedangkaan faccia dalam bahasa latin yang diambil dari kata faccies dan pada perkembangan nya menjadi face dalam bahasa inggris. face mengartikan wajah atau muka, yaitu sisi depan kepala manusia, demikian pula bagi sebuah bangunan.

Ciri tampak bangunan pada Gaya Indische Empire (Ages 18-19) adalah dominan dengan kolom yang bergaya yunani, terdapatnya teras depan, teras belakang, dan simetri. Bagian pada bangunan terbagi menjadi 3 yaitu kaki, badan, dan atap. Pada bagian pondasi karna tidak nampak maka tidak perlu dijelaskan secara detail. Pada bagian badan terdapat banyak komponen seperti lantai, dinding, kolom, pintu, jendela, dan plafond. Sedangkan pada bagian kepala terdapat atap.

Pusat perhatian yang terlihat secara visual adalah pada area depan dan atap yang menjulang tinggi disertai dormer karena area depan dan atap merupakan sudut pandang pertama yang dapat terlihat secara cepat. Volume bangunan pada Gedung Juang 45 Bekasi bervolume massif dan berbentuk kubus. Bentuk volume bangunan yang massif membuat pola ruang pada bangunan berdasarkan aspek bentuk, ukuran, jarak serta ornamen-ornamen yang terdapat pada fasade tersebut menyebabkan bentuk fasade dari bangunan ini memiliki kesan yang sangat simetris.

Bangunan yang terkesan monumental, serambi muka dan belakang terbuka dilengkapi dengan pilar-pilar bergaya yunani, beratap perisai, dan terdapat koridor tengah yang menghubungkan antar ruang satu dengan ruang lainnya. Kesan megah dan monumental pada bangunan kolonial ini bermaksud untuk menegaskan status pemilik bangunan pada masa itu sebagai kaum penguasa.  

Dinding ekterior bangunan Gedung Juang 45 Bekasi menggunakan dinding bata dengan ketebalan 25cm. dinding tebal merupakan ciri bangunan kolonial yang berfungsi untuk menahan panas dari luar. Dinding pada keseluruhan bangunan berwarna monokrom. Kolom yang ada pada bangunan Gedung Juang 45 Bekasi ada 3 jenis. Kolom yang pada bagian terluar bangunan yang juga berfungsi untuk menopang struktur atap merupakan kolom paling besar dengan ukuran 50x50.

Ballustrade  pada bangunan gedung juang 45 terlihat menyatu dengan dinding eksterior pada bangunan. Ballustrade sebagai pembatas pada teras maupun balkon memiliki celah sebagai arah masuk angin dari luar.

Atap yang dipakai pada bangunan Gedung Juang 45 Bekasi ini merupakan atap perisai yang ditumpuk dan terbagi-bagi menjadi susunan atap yang kompleks. Dormer sangat terlihat jika kita memperhatikan bangunan gedung juang 45 yang terletak di paling atas, dengan bentuk meramping, pada bagian depan terlihat pendek dan pada bagian samping terlihat memanjang. Pada dormer tersebut terdapat kaca-kaca sebagai pencahayaan untuk ruang di dalam gedung juang 45.

Gedung juang 45 memiliki ciri-ciri sebagai bangunan kolonial belanda yang bisa dilihat dari fasad bangunan tersebut. Bentuknya yang simetri dengan tambahan dormer sebagai ciri khas nya.

Sumber
http://projectmedias.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-fasade-bangunan.html
UNIVERSITAS BRAWIJAYA, KARAKTER SPASIAL DAN VISUAL PADA BANGUNAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI JAWA BARAT oleh Dewa Gde Agung Wibawa, Antariksa, Abraham M. Ridjal
TEMU ILMIAH IPLBI 2015 , Pengaruh Gaya Arsitektur Kolonial Belanda pada Bangunan Bersejarah di Kawasan Manado Kota Lama  oleh Veronica A. Kumurur
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar